Perjuangan Ferdinand Lumbantobing

Biografi Ferdinand Lumbantobing

Biografi Ferdinand Lumbantobing
Lahir Sibuluan, Sibolga, Sumatera Utara, 19 Februari 1899
Meninggal Jakarta, 7 Oktober 1962
Gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Dasar Penetapan Keppres No. 361 Tahun 1962
Tanggal Penetapan 17 November 1962

Pejuang Sibolga

Pada masa pendudukan Jepang, Lumbantobing diangkat menjadi dokter pengawas kesehatan Romusa. Dengan perasaan sedih menyaksikan bagaimana sengsaranya nasib para Romusa yang dipaksa membuat benteng di Teluk Sibolga.

Oleh karena itu, ia melancarkan protes terhadap pemerintah Jepang. Akibatnya, Tobing dicurigai dan masuk dalam daftar orang terpelajar Tapanuli yang akan dibunuh oleh Jepang.

Ia terhindar dari bahaya maut sebab berhasil menyelamatkan nyawa seorang tentara Jepang yang mengalami kecelakaan.

Bagaimanapun ia seorang dokter yang harus menyelamatkan nyawa orang, meski ia membenci orang itu.

Ferdinand Lumbantobing telah berada di Bogor sejak sekolah dasar. Pada 1924, ia telah selesai menempuh studi kedokteran di STOVIA [Sekolah Dokter] Batavia.

Selepas itu ia bekerja menjadi dokter di Batavia, lalu pindah ke Tenggarong [Kalimantan Timur], kemudian ke Surabaya sampai tahun 1935.

Sesudah itu, ia bertugas di Tapanuli, mula-mula di Padang Sidempuan, kemudian di Sibolga, tanah kelahirannya.

Kisah Perjuangan Ferdinand Lumbantobing

Tokoh Penting di Tapanuli

Pada 1943, ia diangkat menjadi ketua Syu Sangi Kai [Dewan perwakilan Daerah] Tapanuli di samping sebagai anggota Cuo Sangi In.

Pada masa awal Revolusi kemerdekaan, ia merupakan tokoh penting di Tapanuli. Pada Oktober 1945, ia diangkat jadi Residen Tapanuli.

Saat itulah ia menghadapi masa-masa sulit ketika daerah Tapanuli dilanda pertentangan bersenjata, antara sesama pasukan RI yang datang dari Sumatera Timur setelah daerah itu jatuh ke tangan Belanda dalam Agresi Militer I Belanda.

Tetapi Tobing berpendirian tegas dan tidak mudah menyerah. Di masa Agresi Militer II Belanda, ia diangkat menjadi Gubernur Militer Tapanuli. Ia memimpin perjuangan gerilya di hutan-hutan, naik gunung turun gunung.

Menjadi Menteri

Sesudah pengakuan kedaulatan RI, ia menjadi Gubernur Sumatera Utara. selanjutnya, dalam Kabinet Ali pertama, ia diangkat menjadi Menteri Penerangan.

Jabatan menteri lainnya yang pernah dipegangnya ialah Menteri Urusan Hubungan Antar Daerah dan terakhir Menteri Negara Urusan Transmigrasi.

Ia meninggal dunia di Jakarta dalam usia 63 tahun dan jenazahnya dimakamkan di Kolang Sibolga. Sebulan setelahnya, pemerintah mengangkatnya sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Referensi: 
Kuncoro Hadi & Sustianingsih. 2015. Ensiklopedia Pahlawan Nasional. Yogyakarta: Istana Media

(disadur oleh penainfocom)