Kisah Perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan

Biografi Kyai Haji Ahmad Dahlan

Biografi Kyai Haji Ahmad Dahlan
Lahir Yogyakarta, 1 Agustus 1868
Meninggal Yogyakarta, 23 Februari 1923
Gelar Pahlawan Kemerdekaan Indonesia
Dasar Penetapan Keppres No. 657 Tahun 1961
Tanggal Penetapan 27 Desember 1961

Sang Pembaharu

Awalnya, apa yang dilakukan Ahmad Dahlan mendapat tantangan dari masyarakat. Saat membetulkan arah kiblat di masjid-masjid Yogyakarta, masyarakat menjadi gempar dan marah.

Di masjid Gede Yogyakarta ia membuat garis-garis saf menurut yang semestinya. Garis saf itu dihapus orang dan surau miliknya dibongkar, dihancurkan.

Kala dakwah di Banyuwangi, ia diancam akan dibunuh, dituduh kyai palsu karena berani mengajarkan pengetahuan umum di sekolah agama.

Namun, lama kelamaan, masyarakat menerima perubahan yang dijalankannya. Sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu banyak didirikan.

Semua itu adalah hasil pembaharuannya melalui Muhammadiyah.

Masa Remaja Ahmad Dahlan

Ahmad Dahlan bernama kecil Muhammad Darwis. Ia putra keempat dari tujuh bersaudara keluarga K.H. Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Gede Kesultanan Yogyakarta.

Ibu Darwis merupakan keturunan H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Lalu ada yang meyakini bahwa Darwis termasuk keturunan kedua belas dari Sunan Gresik [Maulana Malik Ibrahim], salah seorang Walisongo terkemuka yang menyebarkan Islam di Jawa [Timur].

Dalam usia muda, 15 tahun, ia telah pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Darwis pada masa ini mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam di Mekah.

Setelah dirasa cukup, ia kembali pulang ke kampung Kauman pada 1888, lalu ia berganti nama Ahmad Dahlan.

Ia kembali ke Mekah pada 1903 dan menetap di sana selama dua tahun dan menjadi murid ulama besar Syeh Ahmad Khatib yang menjadi imam di Masjidil Haram. Ia kembali mendalami cita-cita pembaharuan Islam.

Pembaharuan dari Ahmad Dahlan

Ahmad Dahlan segera kembali lagi ke Yogyakarta dan berusaha memperbaiki keadaan umat Islam yang dirasanya mengalami kemunduran.

Untuk memajukan umat harus dilakukan pembaharuan di bidang praktik keagamaan, dan pembaharuan itu harus dimulai dengan cara mengadakan perbaikan di bidang kemasyarakatan.

Atas keyakinan ini, pada 18 November 1912, ia mendirikan Muhammadiyah, sebuah organisasi yang bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan.

Dahlan berusaha memajukan pendidikan Islam dan membangun masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan dakwah ditingkatkan, pelajaran agama diberikan di sekolah-sekolah umum.

Sebaliknya, di sekolah-sekolah agama diajarkan juga pengetahuan umum yang sebelumnya dilarang. Kegiatan ini awalnya menimbulkan keresahan kaum Islam konservatif.

Mereka terkejut saat Dahlan mengajar pendidikan agama Islam di OSVIA Magelang, sekolah pamong milik Belanda, sesuatu yang tidak lazim kala itu.

Bahkan Dahlan juga sering bertemu dengan Romo van Lith. Dahlan tidak ragu masuk gereja dengan pakaian Kyai lalu bertemu sang romo.

Kisah Perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan

Berkembangnya Muhammadiyah

Muhammadiyah berkembang pesat. Cabangnya telah ada diluar Yogyakarta bahkan hingga ke Ujung Pandang, meski dengan nama berbeda-beda, karena izin Muhammadiyah hanya untuk wilayah Yogyakarta pada 1914.

Pesatnya perkembangan gerakan pembaharuan ini membuat Dahlan mendirikan Aisyiah pada 1918 untuk memajukan kaum perempuan. Di tahun yang sama, Dahlan juga membuka gerakan kepanduan Hisbul Wathan untuk kaum muda.

Barulah pada 2 September 1921, Muhammadiyah mendapat izin untuk membuka cabang di berbagai daerah di Hindia Belanda dengan nama sama, Muhammadiyah.

Kegiatan Dahlan semakin padat. Ia terus aktif berdakwah, memberikan pemahaman baru, pembaharuan yang diharapkannya akan mengubah nasib umat, terutama kaum muslimin, di seluruh Nusantara.

Dua tahun selepas Muhammadiyah yang didirikannya resmi membuka cabang di daerah-daerah lain di luar Yogyakarta, Ahmad Dahlan meninggal dunia dalam usia 54 tahun. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman Karangkajen Yogyakarta.

Atas jasa-jasanya, terutama dalam memajukan umat dan memerhatikan emansipasi kaum perempuan pribumi [Indonesia], pemerintah Indonesia mengangkat Ahmad Dahlan menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia pada 1961.

Referensi: 
Kuncoro Hadi & Sustianingsih. 2015. Ensiklopedia Pahlawan Nasional. Yogyakarta: Istana Media

(disadur oleh penainfocom)